Benar atau salah tergantung dari sudut mana kita menilainya
. Terimalah apa adanya, karena bila diperdebatkan, hanya akan menjadi sebuah
kesalahan .
Seorang guru menginstruksikan kepada muridnya, “Muridku,
diatas meja ini ada tiga buah apel, coba kau ambil satu dan makanlah! “
Sang murid yang mendapat perintah gurunya,dengan lugunya
langsung menuju ke meja dan mengambil satu buah apel dan dimakan dengan
lahapnya.
Kemudian gurunya bertanya lagi, “Nah, muridku, sekarang
apelnya ada berapa? “
Dengan santai sang murid menjawab, “Tiga! “
Sang guru yang bengong bertanya, “Kenapa masih tetap ada
tiga, bukankah telah kau makan satu?! “
“Iya guru, apelnya tetap ada tiga. Yang dua diatas meja dan
yang satu ada diperutku!” Dengan gaya santainya sang murid menjelaskan.
Bukankah ada kebenarannya kalau apel yang semula tiga
setelah dimakan satu tetap juga masih ada tiga?
Ketika kasus ini saya lemparkan kepada seorang teman, ia
malah mencela dan protes, kepada saya. Karena apelnya mau ada dua atau tiga
tetap saja benar. Tergantung sudut pandang dan cara kita menilai. Mungkin ia
belum bisa menangkap maksud saya dengan apa yang saya ceritakan padanya.
Oleh sebab itu saya segera diam seribu bahasa dan tidak
berminat meneruskan untuk menjelaskan .
Kebenaran memang kalau didebatkan justru akhirnya menjadi
tidak benar. Karena masing-masing akan merasa benar dengan apa yang dipikirkan.
Menurut saya lebih benar kalau dijadikan bahan renungan saja.
Meminjam kasus buah apel ini, apakah masih ada tiga atau
dua, masing-masing pihak pasti akan menggunakan argumennya untuk membenarkan
pandangannya. Jadi masalah ada dua atau tiga itu biarkan saja benar sebagaimana
adanya. Kalau memang dianggap dua itu benar, terima saja. Namun dibilang ada
tiga, anggap saja itu adalah benar juga.
Sederhana saja bila kita mau menggunakan pikiran yang
sederhana untuk menanggapinya.
Jangan hanya karena masalah yang demikian sepele menjadi
sebuah perdebatan dan saling mempertahankan pendapat yang sudah benar dan
kemudian menjadi kesalahan.
Ada baiknya ketika kita mempunyai sebuah pendapat yang
benar, kita juga bisa membuka mata dan hati untuk bisa menerima kebenaran yang
datang pada kita. Bukannya dengan spontan menolak dan langsung menyalahkan.
Ketika kita menyakini suatu hal menurut kita sudah benar,
pada saat yang sama seseorang menyampaikan hal yang bertentangan dengan
keyakinan kita, tak ada salahnya luangkan sedikit waktu untuk bertanya pada
diri sendiri, “Jangan-jangan apa yang ia katakan juga benar?!”
Semoga pikiran benar dan kesadaran ini selalu bersama kita
untuk selalu menjadi benar.
Sumber: Google